Minggu, 15 April 2012

MAKALAH MENGARANG FIKSI


MAKALAH
MENGARANG FIKSI



Disusun Oleh :

Yuliana Mazidah K.        100641617

( Kelas B 12 )




PROGRAM S1 PGSD REGULER
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
2011

BAB I
PENDAHULULAN
A. Latar Belakang
            Menulis fiksi pada hakekatnya menulis kreatif, yaitu menulis dengan maksud untuk mengungkapkan perasaan atau emosi, misalnya menulis puisi, cerpen dan drama.
            Pembelajaran menulis fiksi perlu mendapatkan perhatian dari para guru SD karena mempunyai peran penting dalam mebantu siswa mengembangkan daya khayal dan kecerdasaran emosionalnya. Perkembangan kecerdasaran intelektual harus di barengi dengan perkembangan kecerdasan emosionalnya agar kelak mereka tidak hanya menjadi manusia yang cerdas otaknya saja melainkan juga menjadi manusia yang arip bijaksana.
            Banyak strategi, metode dan implementasi pembelajaran menulis fiksi yang dilakukan oleh guru untuk dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi yang diberikan oleh guru. Teori-teori belajar banyak diterapkan dalam pembelajaran untuk memberikan landasan kepada guru menentukan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa dan sifat mata pelajarannya.Kesalahan dalam pemilihan penerapan teori pembelajaran menjadikan hasil yang diperoleh siswa dalam menyerap pembelajaran menjadi tidak maksimal.




A.    Rumusan Masalah
1.      Bagaimana proses mengarang fiksi?
2.      Bagaimana strategi meningkatkan pembelajaran mengarang fiksi?
B.     Tujuan
1.      Mengetahui proses mengarang fiksi
2.      Mengetahui meningkatkan pembelajaran mengarang fiksi














BAB II
PEMBAHASAN
A.    Proses Mengarang fiksi di SD
Menulis (mengarang) fiksi di SD kelas tinggi mencakup ketiga genre sastra yaitu mengarng puisi, cerpen, dan drama. Dalam pelaksanaannya, mengarang ketiga bentuk sastra anak tersebut memerlukan strategi tersendiri sesuai dengan karakteristik siswa usia SD, yaitu belajar sambil bermain.

1.  Proses Mengarang Puisi
a) Menulis bersama
• Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok masing-masing dua orang.
• Siswa pertama menuliskan judul dan baris pertama puisi. Jumlah kata dalam setiap baris ditentukan terlebih dahulu.
• Kerts kerja siswa pertama diberikan kepada temannya.
• Temannya membaca judul dan baris pertama tadi, kemudian menulis  baris kedua dengan jumlah kata yang sama, berhubungan dengan baris pertama.
• Kertas dikembalikan ke siswa pertama, ia menuliskan baris ketiga, lalu kembali kepada temannya. Begitu seterusnya sampai jumlah baris yang diinginkan selesai ditulis.
• Bacakan puisi di depan kelas oleh seorang siswa dari kelompoknya.

b) Menulis Cita –cita
Guru mengarahkan agar keinginan atau harapan siswa diungkapkan ke dalam puisi. Guru dapat membantu dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan, misalkan “Apa cita-cita kalian jika sudah besar nanti?”

c) Menulis Imajinasi
Siswa diajak mengembangkan daya imajinasinyatentang sesuatu yang aneh tapi dikenalnya. Guru perlu membantu mmengembangkan imajanasi siswa, misalnya “Anak-anak bagaimana seandainya kita memelihara Dinosaurus di rumah kita? Bagaimana tetangga dan daerah sekitar kamu? Tulis apa yang kalian bayangkan kedalam bentuk puisi. Kamu boleh membayangkan benda lain.”

d) Puisi Namaku
Siswa membuat puisi dari nama mereka masing-masing. Langkah-langkahnya :
• Susun ke bawah huruf-huruf namamu
• Huruf awalmu menjadi huruf awal kalimat setip baris puisi
• Setiap kalimat harus berkesinambungan dengan kalimat lain sebelumnya
• Tentukan judul yang sesuai dengan apa yang diceritakan
Contoh :
Desaku

Aku tinggal di desa
Di desaku ada sawah, gunung, dan sungai
Indah sekali pemandangannya
Kami sangant mencintai desaku
Aku akan selalu menjaga desaku

e) Menyusun Abjad
Puisi abjad disusun ke bawah dari A sampai Z. Tiap huruf merupakan awal baris puisi.

Contoh :

Aku Anak Ceria
Aku anak sekolah yang ceria
Bergembira selalu sepanjang waktu
Cemerlang dalam belajar
Dan tekun membina ilmu
Engkau Bu Guru, karenamu aku berilmu
Guruku selama-lamanya, sampai akhir hayat.

f) Puisi dari Gambar
Guru memperlihatkan gambar kepada siswa. Ajukan pertanyan-pertanyan bimbingan tentang gambar itu, misalnya :
“ Gambar apa ini? Dimana ini terjadi? Apa saja yang kamu lihat pada gambar ini?” Jawaban siswa yang beragam dijadikan kerangka untuk membuat sebuah puisi.

g) Membayang Peristiwa
Model ini menuntut keahlian guru dalam memberi gambaran objek untuk merangsang imajinasi siswa. Contoh :
Guru mebceritakan penglamannya ketika naik gunung, ketika sampai di puncak ibu melihat ke bawah. Tutup matamu. Bayangkan apa yang bisa kamu lihat ke bawah, anak-anak dibiarkan menutup mata kurang lebih lima menit.
• Apa yang kau lihat?
• Aku takut
• Di bawah gunung sangat indah
• Dll.
Hasil pembayangan siswa disusun menjadi sebuah puisi.

h) Mengamati Lingkungan
Siswa diajak mengamati lingkungan sekitar sekolah. Siswa harus mengamati apa yang mereka senangi. Setelah selesai, mereka diajak menulis hasil temuannya ke dalam bentuk puisi.

i) Puisi Lamunan
Siswa diajak mengembangkan imajinasinya melamunkan sesuatu (misalnya, hewan peliharaan atau apa saja) kira-kira 10 menit. Kemudian menuliskan hasil lamunannya ke dalam bentuk puisi.

j) Meniru Model Puisi yang Sudah Jadi
Siswa mengumpulkan kliping beberapa puisi anak-anak dari majalah atau koran. Siswa secara kolompok membaca puisi ada dalam klipingnya. Siswa kelompok satu membaca puisi kelompok siswa lainnya. Siswa harus memahami isi dan unsur-unsur puisi secara berkelompok. Sesudah paham, siswa secara perorangan diberi tugas membuat puisi bertema sama tapi menggunakan kata-kata sendiri.

k) Meneruskan Puisi
Siswa diberi puisi yang belum sempurna. Puisi bagian belakang dihilangkan. Siswa harus membaca dan memprediksi kelanjutan puisi tersebut. Siswa menuliskan kelanjutan puisi tersebut sesuai dengan tema yang sudah ada dalam bagian awal puisi.

l) Menceritakan Mimpi
Siswa mengingat-ingat mimpi yang pernah dilaluinya. Hasil mengingat dicatat dalam bentuk kerangka karangan dalam buku catatan. Kemudian menyusun kerangka karangan menjadi puisi.

2. Proses  Mengarang Cerpen
a) Menceritakan Gambar
Siswa membuat sebuah cerita berdasarkan gambar peristiwa yang dapat disusun menjadi sebuah cerita lengkap. Siswa harus mengamati gambar tersebut dengan bimbingan pertanyaan. Jawaban pertanyaan tadi merupakan kerangka cerita yang akan dikembangkan siswa. Setelah selesai, tulisan direvisi dan disunting dengan teman lainnya dalam kelompok.
b) Melanjutkan Cerita
Guru memberikan cerita yang belum selesai, kemudian siswa melanjutkan cerita itu dengan memberikan rambu-rambu, misal: Dia anak yang rajin,sopan, dan hormat pada guru dsb.
c) Awali Cerita
Siswa diajak membuat beberapa paragraf awal cerita yang sudah disediakan guru tetapi paragraf awalnya dikosongkan. Siswa mengisi bagian awal dan harus terangkai dengan baik pada cerita bagian akhir yang sudah disediakan guru.

d) Ganti Tokoh
Tujuan mengarang cerita model ini untuk memahamkan tokohpada waktu mengarang cerita. Siswa harus mengganti tokoh dalam ceritannya baik dengan nama-nama yang pernah mereka kenal atau berdasarkan sudut pandang penceritaan.

e) Ganti Setting
Siswa dapat lebih mengenal waktu dan setting sebuah cerita. Kegiatannya, siswa diberi cerita yang settingannya dikosongkan untuk diisi oleh siswa.

f) Mengurutkan Plot
Tujuan kegiatan ini agar siswa dapat menbuat sebuah cerita dengan urut. Langkahnya, guru membagi amplop berisi potongan plot pada masing-masing kelompok. Siswa mengidentifikasi, mendiskusikan dan menyalin susunan plot yang sudah disusun dalam bentuk tulisan.

g) Menceritakan Mimpi
Guru memberi gambaran bahwa cerita itu dapat ditambah atau dikurangi supaya jelas alurnya. Biarkan siswa menyusun cerita sesuai dengan keinginannya.

h) Menceritakan Pengalaman
Pengalaman yang diceritakan dapat berupa pengalaman sehari-hari atau pengalaman menarik. Panduan yang diberikan guru adalah sebagai berikut :

Contoh
• Pernahkah kamu melakukan perjalanan/?
• Coba ceritakan, dengan siapa kamu pergi ? kemana? Dsb

i) Menceritakan Cita-cita
Dalam penulisan cerpen yang sumbernya dari cita-cita siswa, masih memerlukan bimbingan guru, karena mungkin saja ia hanya akan menuliskan beberapa beris kalimat saja. Siswa harus diajak untuk menjawab pertanyaan sendiri :
Apa cita-cita kamu? Mengapa kamu memilih cita-cita itu? Dll. Jawaban akan dijadikan kernagka karangan.

3. Proses Pembelajaran Drama
a) Meniru Model Drama
Kegiatannya diawali dengan membaca atau mendengarka naskah drama yang ada. Siswa secara berkelompok harus memahami naskah drama yang dibacakan pada mereka, kemudian menulis lagi sebuah drama sesuai dengan drama yang dibacakan dengan kata-kata sendiri.

b) Melanjutkan Naskah Drama
Siswa diberi naskah drama yang tidak lengkap, bagian akhirnya dihilangkan. Siswa secara berkelompok harus memahami dan meneruskan dengan kata-kata sendiri sesuai dengan alur awal yang dibaca.

c) Mencatat Dialog Sosiodrama
Model ini siswa diminta mencatat atau merekam dialog yang diucapkan temannya. Dilakukan secara berkelompok, siswa berbagi tugas. Lalu melengkapi dialog tersebut dengan unsur lain. Kegiatan ini dilakukan di rumah.


d) Mencatat Dialog Suatu Benda
Model ini dialog dirangsang dengan menggunakan suatu benda yang mudah dipreoleh dari lingkungan sekitar.
Contoh :
• Guru memperlihatkan sebuah benda
• Panggil dua orang siswa umtuk berdialog tentang benda itu di depang kelas.
• (a) benda apa itu?
• (b) bunga
• (a) bunga apa? Dst

e) Menulis Dialog Boneka
Pembelajaran model ini hampir sama kegiatannya dengan kegiatan mencatat dialog tentang suatu benda. Di sini benda itu diganti dengan boneka.

f) Mengarang Drama dari Cerpen
Diawali dengan kehiatan membaca cerpen. Siswa harus mengapresiasi unsur-unsur cerita dan karakter setiap tokoh. Setelah siswa memahami karakter dan alur cerpen, siswa menulis cerita menjadi drama dalam bentuk teks drama.








B.     Strategi meningkatkan pembelajaran mengarang fiksi
a.       Untuk memulai menulis puisi tidaklah terlalu sulit sebenarnya bagi anak kalau kita selaku pendamping/guru mau sedikit berusaha. Jika sekolah kita lokasinya dekat pantai, kita bisa mengajak anak kita mengunjungi dan memanfaatkannya sebagai inspirasi dalam menulis puisi. Jika sekolah mempunyai program karya wisata, kemah di akhir catur wulan kita manfatkan situasi itu untuk belajar menulis puisi. Kegiatan ini memang hanya bisa dilakukan sekali setahun. Di sisi lain, umumnya orang tua mengeluh dengan kegiatan ini karena dianggap hanya mengabiskan uang. Kalau memungkinkan sebulan sekali anak karya wisata secara terpadu untuk berbagai kegiatan. Di negara yang sudah maju, cara ini sudah terprogram. Kalau anak mempelajari tentang hewan misalnya, di akhir pekan anak di ajak ke kebun binatang. Kalau di daerah kita tidak ada kebun binatang, tentu kita bisa mengajak anak ke kandang sapi misalnya untuk mengamati sesuatu. Tidak usah tempat yang jauh. Inilah salah satu kelemahan pendidikan kita, kita menamkan sesuatu hanya di dalam kelas yang bersifat verbalis dan vokalis. Akibatnya, tamatan sekolah kita lebih banyak omongnya(tentu ada yang bagus dan tidak bagus) tetapi kerja nyatanya banyak yang merusak alam demi kepentingan sesaat.
b.      Cara lain mengajarkan menulis yang agak mudah dilakukan adalah dengan menggunakan postcard bergambar seperti gambar pemandangan alam, gambar aktivitas manusia atau gambar yang lainnya. Dengan menggunakan media ini, anak merasa lebih mudah menuangkan idenya sebab mata mereka(anak) telah dapat melihat sesuatu yang konkret dalam gambar, tinggal anak memilih dan mengolah kata untuk dijadikan puisi dan cerpen. Cara ini tentu sangat layak dimulai dari jenjang pendidikan pada tingkat dasar. Bagaimana untuk mengarang ceritanya ? tentunya hal di atas juga berlaku untuk kegiatan menulis cerita / karangan.
Dalam hal ini satu yang perlu diperhatikan yang pertama, tumbuhkan terlebih dulu kecintaan dan kebiasaan anak dalam hal membaca. Ketika anak baru memulai menulis, tidak perlu mengajarkan tata bahasa pada anak. Sebagian besar pengetahuan ketatabahasaan ini sifatnya berkembang sehingga bisa dikuasai anak sedikit demi sedikit, disamping itu menuntut kesempurnaan tulisan anak adalah kerangka berpikir yang buruk untuk menjadikannya seorang penulis. Tidak hanya menyingkirkan kreativitas dan keceriaan, hal tersebut juga bisa menimbulkan kelumpuhan besar bagi penulis. Gunakan kata-kata pujian sebagai cara yang efektif untuk memotivasi anak dalam menulis.
Pada akhirnya, untuk menumbuhkan budaya menulis pada anak, anak perlu dibiasakan dengan tulis menulis itu sendiri dan menjadikan kegiatan menulis sebagai suatu hal yang menyenangkan. Perlu kerja keras, kesabaran, dan bimbingan untuk meraihnya. Namun hasilnya, anak akan memetik keuntungan sepanjang hidupnya melalui kegiatan ini.
c.       Menulis diary bisa menstimulasi tumbuhnya kebiasaan menulis, serta berkembangnya kemampuan menulis pada diri anak. Karena itu, tidak ada salahnya jika orang tua mengarahkan dan memfasilitasinya.








BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
            Pembelajaran menulis fiksi mencakup penulis puisi. Cerpen dan drama. Agar dalam diri siswa tubuh sikap positif tehadap pembelajaran menulis fiksi, penilaian yang diberikan guru harus dapat membuat suasana belajar yang kompetitif dalam kelas.
                        Penggunaan model-model pembelajaran menulis fiksi diperlukan untuk mengajak siswa muali menulis fiksi.
B.     Saran
            Sebagai penerus bangsa rajin-rajin lah belajar dan tuntutlah ilmu setinggi mungkin. Selalu bersemangat dan tanamkan pada diri anda bahwa:
“saya pasti bisa jika saya pikir saya bisa”





DAFTAR PUSTAKA

Calkins, Lucy McCormick. 1989. The art of teaching Writing. Portsmounth : Heinemann
Dikdasmen. 1993. Kurikulum Pendidikan Dsar : Garis-Garis Besar rogram pengajaran (GBPP) Bahasa Indonesia sekolah dasar. Jakarta : Depdikbud.