Minggu, 15 April 2012

MAKALAH MENGARANG FIKSI


MAKALAH
MENGARANG FIKSI



Disusun Oleh :

Yuliana Mazidah K.        100641617

( Kelas B 12 )




PROGRAM S1 PGSD REGULER
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
2011

BAB I
PENDAHULULAN
A. Latar Belakang
            Menulis fiksi pada hakekatnya menulis kreatif, yaitu menulis dengan maksud untuk mengungkapkan perasaan atau emosi, misalnya menulis puisi, cerpen dan drama.
            Pembelajaran menulis fiksi perlu mendapatkan perhatian dari para guru SD karena mempunyai peran penting dalam mebantu siswa mengembangkan daya khayal dan kecerdasaran emosionalnya. Perkembangan kecerdasaran intelektual harus di barengi dengan perkembangan kecerdasan emosionalnya agar kelak mereka tidak hanya menjadi manusia yang cerdas otaknya saja melainkan juga menjadi manusia yang arip bijaksana.
            Banyak strategi, metode dan implementasi pembelajaran menulis fiksi yang dilakukan oleh guru untuk dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi yang diberikan oleh guru. Teori-teori belajar banyak diterapkan dalam pembelajaran untuk memberikan landasan kepada guru menentukan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa dan sifat mata pelajarannya.Kesalahan dalam pemilihan penerapan teori pembelajaran menjadikan hasil yang diperoleh siswa dalam menyerap pembelajaran menjadi tidak maksimal.




A.    Rumusan Masalah
1.      Bagaimana proses mengarang fiksi?
2.      Bagaimana strategi meningkatkan pembelajaran mengarang fiksi?
B.     Tujuan
1.      Mengetahui proses mengarang fiksi
2.      Mengetahui meningkatkan pembelajaran mengarang fiksi














BAB II
PEMBAHASAN
A.    Proses Mengarang fiksi di SD
Menulis (mengarang) fiksi di SD kelas tinggi mencakup ketiga genre sastra yaitu mengarng puisi, cerpen, dan drama. Dalam pelaksanaannya, mengarang ketiga bentuk sastra anak tersebut memerlukan strategi tersendiri sesuai dengan karakteristik siswa usia SD, yaitu belajar sambil bermain.

1.  Proses Mengarang Puisi
a) Menulis bersama
• Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok masing-masing dua orang.
• Siswa pertama menuliskan judul dan baris pertama puisi. Jumlah kata dalam setiap baris ditentukan terlebih dahulu.
• Kerts kerja siswa pertama diberikan kepada temannya.
• Temannya membaca judul dan baris pertama tadi, kemudian menulis  baris kedua dengan jumlah kata yang sama, berhubungan dengan baris pertama.
• Kertas dikembalikan ke siswa pertama, ia menuliskan baris ketiga, lalu kembali kepada temannya. Begitu seterusnya sampai jumlah baris yang diinginkan selesai ditulis.
• Bacakan puisi di depan kelas oleh seorang siswa dari kelompoknya.

b) Menulis Cita –cita
Guru mengarahkan agar keinginan atau harapan siswa diungkapkan ke dalam puisi. Guru dapat membantu dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan, misalkan “Apa cita-cita kalian jika sudah besar nanti?”

c) Menulis Imajinasi
Siswa diajak mengembangkan daya imajinasinyatentang sesuatu yang aneh tapi dikenalnya. Guru perlu membantu mmengembangkan imajanasi siswa, misalnya “Anak-anak bagaimana seandainya kita memelihara Dinosaurus di rumah kita? Bagaimana tetangga dan daerah sekitar kamu? Tulis apa yang kalian bayangkan kedalam bentuk puisi. Kamu boleh membayangkan benda lain.”

d) Puisi Namaku
Siswa membuat puisi dari nama mereka masing-masing. Langkah-langkahnya :
• Susun ke bawah huruf-huruf namamu
• Huruf awalmu menjadi huruf awal kalimat setip baris puisi
• Setiap kalimat harus berkesinambungan dengan kalimat lain sebelumnya
• Tentukan judul yang sesuai dengan apa yang diceritakan
Contoh :
Desaku

Aku tinggal di desa
Di desaku ada sawah, gunung, dan sungai
Indah sekali pemandangannya
Kami sangant mencintai desaku
Aku akan selalu menjaga desaku

e) Menyusun Abjad
Puisi abjad disusun ke bawah dari A sampai Z. Tiap huruf merupakan awal baris puisi.

Contoh :

Aku Anak Ceria
Aku anak sekolah yang ceria
Bergembira selalu sepanjang waktu
Cemerlang dalam belajar
Dan tekun membina ilmu
Engkau Bu Guru, karenamu aku berilmu
Guruku selama-lamanya, sampai akhir hayat.

f) Puisi dari Gambar
Guru memperlihatkan gambar kepada siswa. Ajukan pertanyan-pertanyan bimbingan tentang gambar itu, misalnya :
“ Gambar apa ini? Dimana ini terjadi? Apa saja yang kamu lihat pada gambar ini?” Jawaban siswa yang beragam dijadikan kerangka untuk membuat sebuah puisi.

g) Membayang Peristiwa
Model ini menuntut keahlian guru dalam memberi gambaran objek untuk merangsang imajinasi siswa. Contoh :
Guru mebceritakan penglamannya ketika naik gunung, ketika sampai di puncak ibu melihat ke bawah. Tutup matamu. Bayangkan apa yang bisa kamu lihat ke bawah, anak-anak dibiarkan menutup mata kurang lebih lima menit.
• Apa yang kau lihat?
• Aku takut
• Di bawah gunung sangat indah
• Dll.
Hasil pembayangan siswa disusun menjadi sebuah puisi.

h) Mengamati Lingkungan
Siswa diajak mengamati lingkungan sekitar sekolah. Siswa harus mengamati apa yang mereka senangi. Setelah selesai, mereka diajak menulis hasil temuannya ke dalam bentuk puisi.

i) Puisi Lamunan
Siswa diajak mengembangkan imajinasinya melamunkan sesuatu (misalnya, hewan peliharaan atau apa saja) kira-kira 10 menit. Kemudian menuliskan hasil lamunannya ke dalam bentuk puisi.

j) Meniru Model Puisi yang Sudah Jadi
Siswa mengumpulkan kliping beberapa puisi anak-anak dari majalah atau koran. Siswa secara kolompok membaca puisi ada dalam klipingnya. Siswa kelompok satu membaca puisi kelompok siswa lainnya. Siswa harus memahami isi dan unsur-unsur puisi secara berkelompok. Sesudah paham, siswa secara perorangan diberi tugas membuat puisi bertema sama tapi menggunakan kata-kata sendiri.

k) Meneruskan Puisi
Siswa diberi puisi yang belum sempurna. Puisi bagian belakang dihilangkan. Siswa harus membaca dan memprediksi kelanjutan puisi tersebut. Siswa menuliskan kelanjutan puisi tersebut sesuai dengan tema yang sudah ada dalam bagian awal puisi.

l) Menceritakan Mimpi
Siswa mengingat-ingat mimpi yang pernah dilaluinya. Hasil mengingat dicatat dalam bentuk kerangka karangan dalam buku catatan. Kemudian menyusun kerangka karangan menjadi puisi.

2. Proses  Mengarang Cerpen
a) Menceritakan Gambar
Siswa membuat sebuah cerita berdasarkan gambar peristiwa yang dapat disusun menjadi sebuah cerita lengkap. Siswa harus mengamati gambar tersebut dengan bimbingan pertanyaan. Jawaban pertanyaan tadi merupakan kerangka cerita yang akan dikembangkan siswa. Setelah selesai, tulisan direvisi dan disunting dengan teman lainnya dalam kelompok.
b) Melanjutkan Cerita
Guru memberikan cerita yang belum selesai, kemudian siswa melanjutkan cerita itu dengan memberikan rambu-rambu, misal: Dia anak yang rajin,sopan, dan hormat pada guru dsb.
c) Awali Cerita
Siswa diajak membuat beberapa paragraf awal cerita yang sudah disediakan guru tetapi paragraf awalnya dikosongkan. Siswa mengisi bagian awal dan harus terangkai dengan baik pada cerita bagian akhir yang sudah disediakan guru.

d) Ganti Tokoh
Tujuan mengarang cerita model ini untuk memahamkan tokohpada waktu mengarang cerita. Siswa harus mengganti tokoh dalam ceritannya baik dengan nama-nama yang pernah mereka kenal atau berdasarkan sudut pandang penceritaan.

e) Ganti Setting
Siswa dapat lebih mengenal waktu dan setting sebuah cerita. Kegiatannya, siswa diberi cerita yang settingannya dikosongkan untuk diisi oleh siswa.

f) Mengurutkan Plot
Tujuan kegiatan ini agar siswa dapat menbuat sebuah cerita dengan urut. Langkahnya, guru membagi amplop berisi potongan plot pada masing-masing kelompok. Siswa mengidentifikasi, mendiskusikan dan menyalin susunan plot yang sudah disusun dalam bentuk tulisan.

g) Menceritakan Mimpi
Guru memberi gambaran bahwa cerita itu dapat ditambah atau dikurangi supaya jelas alurnya. Biarkan siswa menyusun cerita sesuai dengan keinginannya.

h) Menceritakan Pengalaman
Pengalaman yang diceritakan dapat berupa pengalaman sehari-hari atau pengalaman menarik. Panduan yang diberikan guru adalah sebagai berikut :

Contoh
• Pernahkah kamu melakukan perjalanan/?
• Coba ceritakan, dengan siapa kamu pergi ? kemana? Dsb

i) Menceritakan Cita-cita
Dalam penulisan cerpen yang sumbernya dari cita-cita siswa, masih memerlukan bimbingan guru, karena mungkin saja ia hanya akan menuliskan beberapa beris kalimat saja. Siswa harus diajak untuk menjawab pertanyaan sendiri :
Apa cita-cita kamu? Mengapa kamu memilih cita-cita itu? Dll. Jawaban akan dijadikan kernagka karangan.

3. Proses Pembelajaran Drama
a) Meniru Model Drama
Kegiatannya diawali dengan membaca atau mendengarka naskah drama yang ada. Siswa secara berkelompok harus memahami naskah drama yang dibacakan pada mereka, kemudian menulis lagi sebuah drama sesuai dengan drama yang dibacakan dengan kata-kata sendiri.

b) Melanjutkan Naskah Drama
Siswa diberi naskah drama yang tidak lengkap, bagian akhirnya dihilangkan. Siswa secara berkelompok harus memahami dan meneruskan dengan kata-kata sendiri sesuai dengan alur awal yang dibaca.

c) Mencatat Dialog Sosiodrama
Model ini siswa diminta mencatat atau merekam dialog yang diucapkan temannya. Dilakukan secara berkelompok, siswa berbagi tugas. Lalu melengkapi dialog tersebut dengan unsur lain. Kegiatan ini dilakukan di rumah.


d) Mencatat Dialog Suatu Benda
Model ini dialog dirangsang dengan menggunakan suatu benda yang mudah dipreoleh dari lingkungan sekitar.
Contoh :
• Guru memperlihatkan sebuah benda
• Panggil dua orang siswa umtuk berdialog tentang benda itu di depang kelas.
• (a) benda apa itu?
• (b) bunga
• (a) bunga apa? Dst

e) Menulis Dialog Boneka
Pembelajaran model ini hampir sama kegiatannya dengan kegiatan mencatat dialog tentang suatu benda. Di sini benda itu diganti dengan boneka.

f) Mengarang Drama dari Cerpen
Diawali dengan kehiatan membaca cerpen. Siswa harus mengapresiasi unsur-unsur cerita dan karakter setiap tokoh. Setelah siswa memahami karakter dan alur cerpen, siswa menulis cerita menjadi drama dalam bentuk teks drama.








B.     Strategi meningkatkan pembelajaran mengarang fiksi
a.       Untuk memulai menulis puisi tidaklah terlalu sulit sebenarnya bagi anak kalau kita selaku pendamping/guru mau sedikit berusaha. Jika sekolah kita lokasinya dekat pantai, kita bisa mengajak anak kita mengunjungi dan memanfaatkannya sebagai inspirasi dalam menulis puisi. Jika sekolah mempunyai program karya wisata, kemah di akhir catur wulan kita manfatkan situasi itu untuk belajar menulis puisi. Kegiatan ini memang hanya bisa dilakukan sekali setahun. Di sisi lain, umumnya orang tua mengeluh dengan kegiatan ini karena dianggap hanya mengabiskan uang. Kalau memungkinkan sebulan sekali anak karya wisata secara terpadu untuk berbagai kegiatan. Di negara yang sudah maju, cara ini sudah terprogram. Kalau anak mempelajari tentang hewan misalnya, di akhir pekan anak di ajak ke kebun binatang. Kalau di daerah kita tidak ada kebun binatang, tentu kita bisa mengajak anak ke kandang sapi misalnya untuk mengamati sesuatu. Tidak usah tempat yang jauh. Inilah salah satu kelemahan pendidikan kita, kita menamkan sesuatu hanya di dalam kelas yang bersifat verbalis dan vokalis. Akibatnya, tamatan sekolah kita lebih banyak omongnya(tentu ada yang bagus dan tidak bagus) tetapi kerja nyatanya banyak yang merusak alam demi kepentingan sesaat.
b.      Cara lain mengajarkan menulis yang agak mudah dilakukan adalah dengan menggunakan postcard bergambar seperti gambar pemandangan alam, gambar aktivitas manusia atau gambar yang lainnya. Dengan menggunakan media ini, anak merasa lebih mudah menuangkan idenya sebab mata mereka(anak) telah dapat melihat sesuatu yang konkret dalam gambar, tinggal anak memilih dan mengolah kata untuk dijadikan puisi dan cerpen. Cara ini tentu sangat layak dimulai dari jenjang pendidikan pada tingkat dasar. Bagaimana untuk mengarang ceritanya ? tentunya hal di atas juga berlaku untuk kegiatan menulis cerita / karangan.
Dalam hal ini satu yang perlu diperhatikan yang pertama, tumbuhkan terlebih dulu kecintaan dan kebiasaan anak dalam hal membaca. Ketika anak baru memulai menulis, tidak perlu mengajarkan tata bahasa pada anak. Sebagian besar pengetahuan ketatabahasaan ini sifatnya berkembang sehingga bisa dikuasai anak sedikit demi sedikit, disamping itu menuntut kesempurnaan tulisan anak adalah kerangka berpikir yang buruk untuk menjadikannya seorang penulis. Tidak hanya menyingkirkan kreativitas dan keceriaan, hal tersebut juga bisa menimbulkan kelumpuhan besar bagi penulis. Gunakan kata-kata pujian sebagai cara yang efektif untuk memotivasi anak dalam menulis.
Pada akhirnya, untuk menumbuhkan budaya menulis pada anak, anak perlu dibiasakan dengan tulis menulis itu sendiri dan menjadikan kegiatan menulis sebagai suatu hal yang menyenangkan. Perlu kerja keras, kesabaran, dan bimbingan untuk meraihnya. Namun hasilnya, anak akan memetik keuntungan sepanjang hidupnya melalui kegiatan ini.
c.       Menulis diary bisa menstimulasi tumbuhnya kebiasaan menulis, serta berkembangnya kemampuan menulis pada diri anak. Karena itu, tidak ada salahnya jika orang tua mengarahkan dan memfasilitasinya.








BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
            Pembelajaran menulis fiksi mencakup penulis puisi. Cerpen dan drama. Agar dalam diri siswa tubuh sikap positif tehadap pembelajaran menulis fiksi, penilaian yang diberikan guru harus dapat membuat suasana belajar yang kompetitif dalam kelas.
                        Penggunaan model-model pembelajaran menulis fiksi diperlukan untuk mengajak siswa muali menulis fiksi.
B.     Saran
            Sebagai penerus bangsa rajin-rajin lah belajar dan tuntutlah ilmu setinggi mungkin. Selalu bersemangat dan tanamkan pada diri anda bahwa:
“saya pasti bisa jika saya pikir saya bisa”





DAFTAR PUSTAKA

Calkins, Lucy McCormick. 1989. The art of teaching Writing. Portsmounth : Heinemann
Dikdasmen. 1993. Kurikulum Pendidikan Dsar : Garis-Garis Besar rogram pengajaran (GBPP) Bahasa Indonesia sekolah dasar. Jakarta : Depdikbud.


Kamis, 16 Februari 2012

MAKALAH KEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH PGSD SEMESTER II


MAKALAH
KEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Al Islam dan Kemuhammadiyahan

Di susun oleh : Yuliana Mazidah Khafidah
( 100641617 )

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Muhammadiyah adalah persyarikatan yang merupakan Gerakan Islam. Maksud gerakanya ialah Dakwah Islam dan Amar Ma’ruf nahi Munkar yang ditujukan kepada dua bidang yaitu perseorangan dan masyarakat. Dakwah dan Amar Ma’ruf nahi Munkar pada bidang pertama terbagi kepada dua golongan. Pertama, kepada yang telah Islam bersifat pembaharuan (tajdid), yaitu mengembalikan kepada ajaran Islam yang asli dan murni; dan yang kedua kepada yang belum Islam, bersifat seruan dan ajakan untuk memeluk agama Islam.
            Adapun da’wah Islam dan Amar Ma’ruf nahi Munkar bidang kedua, ialah kepada masyarakat, bersifat kebaikan dan bimbingan serta peringatan. Kesemuanya itu dilaksanakan dengan dasar taqwa dan mengharap keridlaan Allah semata-mata.
            Dengan melaksanakan dakwah Islam dan amar ma’ruf nahi munkar dengan caranya masing-masing yang sesuai, Muhammadiyah menggerakkan masyarakat menuju tujuannya, ialah “Terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”.

B. Rumusan Masalah
            1. Seberapa pentingkah kepribadian islami itu ?
            2. Apa saja sifat – sifat dasar muhammadiyah itu ?
            3. Mengapa kita harus memahami konsep kepribadian muhammadiyah ?
C. Tujuan
            1. Mengerti betapa pentingnya berkpribadian muhammadiyah.
            2. Menjadi acuan atau pedoman untuk menjadi lebih baik kedepannya.
            3. Menjadi manusia yang lebih baik di berbagai aspek kehidupan.


BAB II
ISI

A. Sejarah Dirumuskannya Kepribadian Muhammadiyah
          “Kepribadian Muhammadiyah” ini timbul pada waktu Muhammadiyah dipimpin oleh Bapak Kolonel H.M. Yunus Anis, ialah pada periode 1959-1962.
          “Kepribadian Muhammadiyah” ini semula berasal dari uraian Bapak H. Faqih Usman, sewaktu beliau memberikan uraian dalam suatu latihan yang diadakan Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta. Pada saat itu almarhum KH. Faqih Usman menjelaskan bahasan yang berjudul: “Apa sih Muhammadiyah itu?”
          Kemudian oleh Pimpinan Pusat dimusyawarahkan bersama-sama Pimpinan Muhammadiyah Wilayah Jawa Timur (HM. Saleh Ibrahim), Jawa Tengah (R. Darsono), dan Jawa Barat (H. Adang Afandi). Sesudah itu disempurnakan oleh suatu Tim yang antara lain, terdiri dari: KH. Moh.Wardan, Prof. KH. Farid Ma’ruf, M. Djarnawi Hadikusuma, M. Djindar Tamimy; kemudian turut membahas pula Prof.H. Kasman Singodimejo SH. di samping pembawa prakarsa sendiri KH. Faqih Usman.
          Setelah urusan itu sudah agak sempurna, maka diketengahkan dalam Sidang Tanwir menjelang Muktamar ke 35 di Jakarta (Muktamar Setengah Abad). Dan di Muktamar ke-35 itulah “Kepribadian Muhammadiyah” disahkan setelah mengalami usul-usul penyempurnaan. Dengan demikian maka rumusan “Kepribadian Muhammadiyah” ini adalah merupakan hasil yang telah disempurnakan dalam Muktamar ke-35 setengah abad -pada tahun 1962, akhir periode pimpinan HM. Yunus Anis.

B. Kepribadian Muhammadiyah
            Sesungguhnya kepribadian Muhammadiyah itu merupakan ungkapan dari kepribadian yang memang sudah ada pada Muhammadiyah sejak lama berdiri. KH. Faqih Usman pada saat itu hanyalah mengkonstantir -meng-idhar-kan apa yang telah ada; jadi bukan merupakan hal-hal yang baru dalam Muhammadiyah. Adapun mereka yang menganggap bahwa Kepribadian Muhammadiyah sebagai perkara yang baru, hanyalah karena mereka mendapati Muhammmadiyah sudah tidak dalam keadaan yang sebenarnya.
          K.H. Faqih Usman sebagai seorang yang telah sejak lama berkecimpung dalam Muhammadiyah, sudah benar-benar memahami apa sesungguhnya sifat-sifat khusus (ciri-ciri khas) Muhammadiyah itu. Karena itu kepada mereka yang berlaku tidak sewajarnya dalam Muhammadiyah, beliaupun dapat memahami dengan jelas.
          Yang benar-benar dirasakan oleh almarhum ialah bahwa Muhammadiyah adalah Gerakan Islam, berdasar Islam, menuju terwujudnya masayarakat utama, adil dan makmur yang diridhai Allah Subhanahu wata’ala, bukan dengan jalan politik, bukan dengan jalan ketatanegaraan, melainkan dengan melalui pembentukan masyarakat, tanpa memperdilikan bagamana struktur politik yang manguasainya; sejak zaman Belanda, zaman militerisme Jepang, dan samapai zaman kemerdekaan Republik Indonesia.
            Muhammadiyah tidak buta politik, tidak takut politik, tetapi Muhammadiyah bukan organisasi politik. Muhammadiyah tidak mencampuri soal-soal politik , tetapi apabila soal-soal politik masuk dalam Muhammadiyah, ataupun soal-soal politik mendesak-desak urusan Agama Islam, maka Muhammadiyah akan bertindak menurut kemampuan, cara dan irama Muhammadiyah sendiri.
          Sejak partai politik Islam Masyumi dibubarkan oleh presiden Sukarno, maka warga Muhammadiyah yang selama ini berjuang dalam medan politik praktis, mereka masuk kembali dalam Muhammadiyah. Namun karena sudah terbiasa dengan perjuangan cara politik, maka dalam mereka berjuang dana beramal dalam Muhammadiyah pun masih membawa cara dana nada politik cara partai.
          Oleh almarhum K.H. Faqih Usman dan Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada saat itu, cara-cara demikian dirasakan sebagai cara yang dapat merusak nada dan irama Muhammadiyah. Muhammadiyah telah mempunyai cara perjuangan yang khas. Muhammadiyah bergerak bukan untuk “Muhammadiyah’ sebagai golongan.
            Muhammadiyah bergerak dan berjuang untuk tegaknya Islam, untuk kemenangan kalimah Allah, untuk terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur yang diridlai Allah Subhanahu wata’ala. Hanya saja Islam yang digerakkan oleh Muhammadiyah adalah Islam yang sajadah, Islam yang lugas (apa adanya), Islam yang menurut Al-Quran dan Sunnah Rasulullah saw; dana menjalankannya dengan menggunakan akal pikirannya yang sesuai dengan ruh Islam.
            Secara leksikal, ‘kepribadian’ berasal dari kata ‘pribadi’ yang berarti manusia sebagai perseorangan. ‘Kepribadian’ (dengan imbuhan ke-an) berarti sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa yang membedakan dirinya dengan orang lain atau bangsa lain.
            Dengan demikian, yang dimaksud dengan kepribadian Muhammadiyah ialah rumusan yang menggambarkan hakekat Muhammadiyah, serta apa yang menjadi dasar dan pedoman amal usaha dan perjuangannya, serta sifat-sifat yang dimilikinya. Narasi berikut ini menjelaskan kepribadian Muhammadiyah yang diharapkan dapat menjadi munthalaq (start pont), pedoman dan pijakan utama dalam merumuskan kepribadian seorang muballigh Muhammadiyah, termasuk Muballigh di kalangan mahasiswa.
            Muhammadiyah adalah sebagai Gerakan Islam dan Dakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar, beraqidah Islam dan bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah. Secara fungsional Muhammadiyah merupakan alat untuk berjuang dan mencapai cita-cita mulia, terwujudnya masyarakat utama, adil, makmur yang diridhoi Allah s.w.t. untuk melaksanakan fungsi dan misi manusia sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi, sebagaimana firman Allah s.w.t. :
                                                                                                                     بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ 
            “Sebuah negeri yang indah, bersih, suci dan makmur di bawah perlindungan Rabb Yang Maha Pengampun.” (Saba’ : 15) 
            Untuk mencapai tujuan itulah Muhammadiyah didirikan dengan bersendikan dua pilar gerakan utama; amar ma’ruf dan nahi munkar,berdasarkan :
          وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
            “Adakanlah dari kamu sekalian, golongan yang mengajak kepada keIslaman, menyuruh kepada kebaikan dan mencegah daripada keburukan. Mereka itulah golongan yang beruntung berbahagia.” (Alu Imran : 104)
            Dalam perjuangan melaksanakan usahanya menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, Muhammadiyah merumuskan prinsip-prinsip dasar segala gerak dan amal usaha yang tersimpul dalam Muqaddimah Anggaran Dasar berikut ini :
1.        Hidup manusia harus berdasar tauhid, ‘ibadah dan ta’at kepada Allah s.w.t.
2.        Hidup manusia bermasyarakat.
3.        Mematuhi ajaran-ajaran agama Islam dengan keyakinan bahwa ajaran Islam itu satu-satunya landasan kepribadian dan ketertiban bersama untuk kebahagiaan dunia akhirat.
4.        Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam dalam masyarakat adalah kewajiban sebagai ibadah kepada Allah dan ikhsan kepada kemanusiaan.
5.        Ittiba’ kepada langkah perjuangan Nabi Muhammad saw.
6.        Melancarkan amal usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi.
            Dengan prinsip-prinsip dasar tersebut maka, apapun yang diusahakan termasuk cara-cara atau sistem perjuangannya, Muhammadiyah berpedoman : “Berpegang teguh akan ajaran Allah dan Rasul-Nya, bergerak membangun di segala bidang dan lapangan dengan menggunakan cara serta menempuh jalan yang diridlai Allah.”
            Kesemua rumusan tertera di atas mengantarkan kita kepada sepuluh sifat-sifat dasar Muhammadiyah yang wajib dipelihara dan diamalkan :
1.        Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan.
2.        Memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah Islamiyah
3.        Lapang dada, luas pandangan dengan memegang teguh ajaran Islam.
4.        Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan.
5.        Mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan serta dasar dan falsafah negara yang sah.
6.        Amar ma’ruf nahi munkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh teladan yang baik
7.        Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud ishlah dan pembangunan sesuai dengan ajaran Islam.
8.        Kerjasama dengan golongan Islam manapun juga dalam usaha menyiarkan dan mengamalkan agama Islam serta membela kepentingannya.
9.        Membantu pemerintah serta bekerjasama dengan golongan lain dalam memelihara dan membangun negara untuk mencapai masyarakat adil dan makmur yang diridlai Allah s.w.t.
10.   Bersifat adil serta korektif ke dalam dan ke luar dengan bijaksana.

C. Memahami Kepribadian Muhammadiyah
     Memahami Kepribadian Muhammadiyah berarti:
1.  Memahami apa sebenarnya Muhammadiyah.
2.  Karena Muhammadiyah ini sebagai organisasi, sebagai suatu persyarikatan yang beraqidah Islam dan bersumber pada Al-Quran dan Sunnah, maka perlu pula difahami, Islam yang bagaimanakah yang hendak ditegakkan dan dijunjung tinggi itu, mengingat telah banyak kekaburan kekaburan dalam Islam di Indonesia ini. Dan hal ini pulalah yang hendak dipergunakan untuk mendasari atau menjiwai segala amal usaha   Muhammadiyah sebagai organsisasi.
3.  Kemudian dengan sifat-sifat dan cara-cara yang kita contoh atau kita ambil dari bagaimana sejarah da’wah Rasulullah yang mula-mula dilaksanakan, itu pulalah yang kita jadikan sifat gerak da’wah Muhammadiyah, dengan kita sesuaikan pada keadaan dan kenyataan kenyataan yang kita hadapi.

D. Cara Menuntunkan Kepribadian Muhammadiyah
            Tidak ada cara lain dalam memberikan atau menuntunkan Kepribadian Muhammadiyah ini, kecuali harus dengan teori dan praktek penanaman pengertian dan pelaksanaan.
1. Penandasan atau pendalaman pengertian tentang da’wah atau bertabligh.
2. Menggembirakan dan memantapkan tugas berda’wah. Tidak merasa rendah diri (minder-waardig - Bld) dalam menjalankan da’wah; namun tidak memandang rendah kepada yang bertugas dalam lapangan lainnya (politik, ekonomi, seni-budaya dan lain-lain).
3. Keadaan mereka -para warga- hendaklah ditugaskan dengan tugas yang tentu-tentu, bukan hanya dengan sukarela. Bila perlu dilakukan dengan suatu ikatan, misalnya dengan perjanjian, dengan bai’at dan lainlain.
4.  Sesuai dengan masa itu, perlu dilakukan dengan musyawarah yang sifatnya mengevaluasi tugas-tugas itu. Sesuai dengan suasana sekarang, perlu pula dilakukan dengan formalitas yang menarik, yang tidak melanggar hukum-hukum agama dan juga dengan memberikan bantuan logistik.
5.  Pimpinan Cabang, Ranting bersama-sama dengan anggota-anggotanya memusyawarahkan sasaran-sasaran yang dituju, bahan-bahan yang perlu dibawakan dan membagi petugas-petugas sesuai dengan kemampuan dan sasarannya.
6.  Pada musyawarah yang melakukan evaluasi, sekaligus dapat ditambahkan bahan-bahan atau bekal yang diperlukan, yang akan dibagikan kepada para warga selaku muballigh dan muballighot.

E. Kepribadian Warga Persyarikatan Muhammadiyah
            Muhammadiyah sebagai ‘tenda besar’ segala amal usaha dan gerak dakwah kita memiliki kepribadian, sifat-sifat dan karakter dasar yang demikian kuat. Tentunya kita, kader Persyarikatan, khususnya para muballigh/dai di kalangan mahasiswa, yang menjadi agen utama perubahan umat kepada kebaikan dan penerus estapet perjuangan Muhammadiyah dituntut untuk secara ikhlas dan sungguh-sungguh memegang teguh (iltizam) serta committed dengan kepribadian warga Persyarikatan Muhammadiyah yang telah dirumuskan berikut ini;
1)    Memahami hakekat Islam secara menyeluruh mencakup aspek akidah, ibadah, akhlaq dan mu’amalat dunyawiyah; bersumberkan Al-Qur’an dan Sunnah Maqbulah.
2)    Melandasi segala sesuatu dengan niat ikhlas mencari ridla Allah s.wt. semata-mata.
3)    Mengamalkan ajaran Islam secara menyeluruh dalam seluruh aspek kehidupannya, dan berusaha untuk menegakkan Islam dalam kehidupan pribadi, kehidupan keluarga dan kehidupan bermasyarakat sehingga terwujud masyarakat utama yang diridlai oleh Allah s.wt.
4)    Memiliki semangat jihad untuk memperjuangklan Islam.
5)    Memiliki kemauan dan kesediaan untuk berkorban demi Islam baik korban waktu, harta, tenaga bahkan nyawa sekalipun.
6)    Mempunyai keteguhan hati dalam mengamalkan, menegakkan dan memperjuangkan Islam dengan arti kata tidak mundur karena ancaman dan tidak terbujuk dengan rayuan dan selalu istiqamah dalam kebenaran.
7)    Mematuhi pimpinan dalam hal-hal yang disukai dan tidak disukai selama berada dalam garis kebenaran. Apabila terjadi perbedaan pendapat antara dia dan pimpinan dalam hal yang sifatnya mubah atau ijtihad, dia akan mendahulukan pendapat pimpinan.
8)    Mengamalkan ukhuwah Islamiyah dalam kehidupan bermasyarakat.
9)    Aktif dalam dakwah Islam (Muhammadiyah) secara murni dan penuh.
10)  Bisa dipercaya dan mempercayai orang lain dalam organisasi.

            Demikianlah Muhammadiyah telah berusaha maksimal untuk mengkonstruksi karakter dan kepribadian warganya yang diharapkan menjadi ’shibgah’ (celupan, warna dasar) yang menjadikannya unggul dalam berinteraksi dengan dirinya sendiri, umat dan sesama anak bangsa.


F. Kepribadian Kita dan Pergeseran Tata Nilai Umat
            Setelah mencermati narasi kepribadian Muhammadiyah dan Warga Muhammadiyah tertera di atas, ada baiknya kita sandingkan dengan fakta dan orientasi  kehidupan kekinian yang berubah dalam durasi dan dengan akselarasi yang sangat cepat. Arus globalisasi yang ditandai dengan revolusi teknologi di bidang komunikasi dan transportasi telah berhasil ‘melipat’ belahan bumi serta mengeliminir jarak dan selisih waktu antar negara.
            Melalui kekuatan teknologi komunikasi setiap peristiwa di belahan bumi manapun dapat direkam dengan baik, teknologi transportasi telah mampu membuat seseorang untuk berada di beberapa negara dalam waktu yang sedemikian singkat. Inilah yang kemudian mengakhiri segala bentuk sekat-sekat budaya, ras, aliran, ideologi dan bahkan agama di antara manusia sejagad.
            Selain itu sistem kapitalisme global semakin menjerat para pemimpin dan warga negara-negara berkembang, yang nota bene-nya adalah umat Islam. Namun di sisi yang lain muncul segelintir pemilik modal raksasa yang dapat menggerakkan kecenderungan masyarakat umum ‘semaunya’ melalui impor budaya destruktif secara masal. Masyarakat masuk ke sebuah tatanan kehidupan liberal yang individual, materialistis, sekularistik dan hedonis.
            Orientasi politik masyarakatpun tak terelakkan dari arus deras ini. Lembaga trias politica; eksekutif, legislatif dan yudikatif terjebak pada kubangan pragmatisme dan demokrasi liberal yang mengingkari fakta kehendak nurani umat yang mayoritas. Dengan nalar demokrasi liberal masyarakat dicekoki dengan berbagai produk legislasi yang berada di luar domain akal sehat.
            Di tengah-tengah arus deras di atas kita hidup. Dalam menghadapi arus kehidupan yang sedemikian deras, masyarakat dunia, tak terkecuali umat Islam, khususnya kita di Indonesia ini, akan berhadapan face to face dengan berbagai dampak dari era ini dalam bentuk agresi ideologi, politik, ekonomi, budaya, intelektual dll. yang semuanya ini dapat memarjinalkan dan menggerus konservasi kearifan dan budi luhur serta nilai-nilai agama yang telah lama mereka pegang dengan teguh.

G. Rekonstruksi Kepribadian Muballigh Mahasiswa
            Dalam hemat pandangan kami, para aktivis dakwah Muhammadiyah, terkhusus lagi muballigh dari kalangan mahasiswa, diperlukan sebuah konstruksi kepribadian, karakter atau akhlaq yang berbasis pada sejarah kenabian (sirah nabawiyah) sehingga kita memiliki autentisitas gerakan tabligh (dakwah) di tengah arus kehidupan modern yang sedemikian rupa.
            Seringkali tidak kita sadari bahwa kita memaknai aktivitas dakwah sebagai aktivitas memperbaiki orang lain. Akibatnya, kita terjebak pada ’aktivisme’ yang bersifat rutin dan seringkali sangat menjenuhkan. Bahkan kadang kita mengalami defisit stamina batin dan keropos pertahanan spiritual. Padahal ini menjadi modal utama dalam berdakwah/bertabligh. Perlu direnungkan baik-baik kecaman Allah s.w.t. terhadap Bani Israel yang terlampau sibuk dengan orang lain dan melupakan diri mereka sendiri :
                                       أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلَا تَعْقِلُون
            “Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir? (Al-Baqarah : 44)
            Demikian pula ancaman Allah s.w.t. kepada kita, orang-orang beriman :
                      يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ. كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ
            Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. (Al-Shaff :2-3) 
            Kedua ayat tersebut mengajarkan kita untuk membangun pondasi kepribadian yang kokoh sebelum menyuruh orang lain melakukannya. Inilah kata kunci utama dalam merekonstruksi konsep diri bangunan kepribadian kita. 



















BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
            Muhammadiyah adalah persyarikatan yang merupakan Gerakan Islam. Maksud gerakanya ialah Dakwah Islam dan Amar Ma’ruf nahi Munkar yang ditujukan kepada dua bidang: perseorangan dan masyarakat. ‘kepribadian’ berasal dari kata ‘pribadi’ yang berarti manusia sebagai perseorangan. ‘Kepribadian’ (dengan imbuhan ke-an) berarti sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa yang membedakan dirinya dengan orang lain atau bangsa lain. “Kepribadian Muhammadiyah” ini timbul pada waktu Muhammadiyah dipimpin oleh Bapak Kolonel H.M. Yunus Anis, ialah pada periode 1959-1962.
            Dengan demikian, perlu difahamkan kepada warga Muhammadiyah: apakah Muhammadiyah itu sebenarnya dan bagaimana cara membawa/menyebarluaskannya. Menyebarkan faham Muhammadiyah itu pada hakekatnya menyebarluaskan Islam yang sebenar-benarnya; dan oleh karena itu, cara menyebarkannya pun kita perlu mengikuticara-cara Rasulullah saw menyebarkan Islam pada awal pertumbuhannya.

B. Saran
            Berdasarkan kesimpulan diatas, diperlukan pemahaman tentang kepribadian kemuhammadiyahan agar tingkah laku kita lebih baik dan teratur sesuai dengan pedoman tingkah laku yg di dasarkan oleh konsep dasar kemuhammadiyahan.





DAFTAR PUSTAKA

Abu-Rabi’, Ibrahim M. Intellectual Origins of Islamic Resurgence in the Modern Arab World. Albany: State University of New York Press, 1996.
Auda, Jasser. Maqasid al-Syariah as Philosophy of Islamic Law: A Systems Approach. London: The International Institute of Islamic Thought, 1429H/2008 CE
Http://www,pedomanbermuhammadiyah.com